Jawa Tengah memiliki dua kota utama yang berkaitan erat dengan penjajah kolonial Belanda yang berakhir di awal abad ke-19. Semarang
dan Solo menjadi beberapa pusat pemerintahan penjajah Belanda di Jawa
Tengah. Solo menjadi penting karena terdapat kerajaan kasunanan
Surakarta hadiningrat yang membawahi enam kota/kabupaten. Itu artinya,
menguasai Solo juga menguasai seperenam Jawa Tengah. Sementara Semarang,
menjadi penting karena terdapat pelabuhan Tanjung Mas yang menjadi
pintu gerbang kapal-kapal besar yang mengangkut orang maupun barang.
Kota Semarang, khususnya bagian utara boleh
jadi terasa panas. Atau, pandangan anda terasa tidak sedap karena
melihat nuansa kuno lengkap dengan kekumuhan di setiap sudutnya. Itulah Kota Lama yang dahulu pernah menjadi pusat keramaian semasa penjajah Belanda masih menguasai Semarang. Tahukah anda bahwa Kota Lama, sekitar dua abad yang lalu menjadi daerah yang sangat penting baik bagi Belanda maupun masyarakat asli pribumi.
Banyak peninggalan bangunan bernilai
historis bernuansa arsitektur Eropa tempo dulu tumbuh di Semarang. Jika
saja pemerintah dan masyarakat mau merawat dengan baik Kota Lama maka
situs sejarah Kota Lama menjadi tujuan wisata tersendiri. Banyaknya kanal-kanal air menuju laut menjadikan Kota Lama bak Venezia di Italia.
Sejarah mencatat, pada abad ke-18 Kota
Lama menjadi pusat perdagangan. Kawasan Kota Lama disebut juga dengan
Outstadt dan berupa wilayah seluas 31 hektar. Karena memang secara
geografis kawasan ini agak terpisah dengan daerah sektiarnya dan tampak
sebagai kota tersendiri sehingga disebutlah sebagai Little Netherland.
Kota Lama Semarang merupakan saksi
eksistensi penjajah Belanda di Indonesia khususnya di Jawa Tengah.
Selama lebih dari dua abad lamanya, Kota Lama yang berdampingan dengan
kawasan ekonomi menjadikan Kota Lama sebagai magnet perekonomian kala
itu. Di kawasan Kota Lama, kini masih meninggalkan sekitar 50 bangunan
kuno yang berdiri kokoh dan menyimpan misteri penjajahan colonial
Belanda di Semarang.
Kejayaan masa lalu Kota Lama
tidak tampak saat ini, diantaranya karena sering terendam air rob ketika
laut pasang dan belum ada tindakan signifikan yang diambil pemerintah
setempat. Kota Lama yang asri berpotensi menjadi wisata dengan nuansa
budaya, ekonomi, dan konservasi peninggalan sejarah. Banyak kanal air
yang mampet dan tercemar, tak lepas dengan banyaknya industry di dekat
Kota Lama. Pada kejayaan Kota Lama, semua kanal air bersih dan berfungsi
sebagai jalur pelayaran yang bisa dilewati dari laut hingga Sebandaran
di kawasan Pecinan.
Saat itu, Indonesia yang bernama Hindia
Belanda menjadi penghasil gula terbesar kedua di dunia seiring dengan
tanam paksa (cultur stelsel) di seluruh wilayah jajahan Belanda di
nusantara. Bagi anda yang jeli ketika keluar dari stasiun Tawang, di
depannya ada kolam raksasa. Kolam itu menyimpan cerita, dulunya
digunakan transit orang yang akan naik kereta. Sebelum ke stasiun,
orang-orang naik kapal untuk menuju ke stasiun Tawang. Keren sekali
bukan?
Memang kondisi kanal sudah tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya sebagai moda transportasi dan lebih
terkesan kumuh. Namun kawasan Kota Lama kental menyimpan histori dengan
bangunan-bangunan tua di kanan kiri jalan dari Lawang Sewu
hingga Kaligawe. Dan, akibat pengembangan Semarang Utara sebagai salah
satu pusat indrustri di Semarang sempat menghilangkan eksistensi Stasiun
Kemidjen sebagai stasiun kereta api tertua di Indonesia.
Arsitektur Belanda
Perkembangan jaman hingga era teknologi
digital sekarang, menjadikan Kota Lama memiliki arsitektur dengan
sentuhan seni tersendiri. Lebih tepatnya arsitektur bangunan Belanda
abad 17-19. Beberapa tempat yang direkomendasikan adalah Stasiun Tawang,
Gereja Gedangan, Nilmij, Taman Sri Gunting, Marba, Marabunta, dan De
Spiegel. Beberapa bangunan yang masih terawat adalah Gereja mblenduk dan
gedung Jiwa Sraya.
Kota Lama kental dengan nuansa bangunan
bergaya Indis. Beberapa gedung Nampak tua termakan usia bahkan lapuk,
masih menyisakan kemegahan dan kejayaannya di masa lalu. Mengunjungi
Kota Lama di pagi hari, menyaksikan terpaan cahaya mentari pagi di
sela-sela bangunan raksasa tua membuat perasaan anda terlempar kea bad
17 di Belanda.
Sejarah Berdirinya Kota Lama
Keberadaan Kota Lama tidak lepas dari
sejarah Kerajaan Mataram Islam. Pada tahun 1678, VOC menandatangani
perjanjian dengan kerajaan Mataram yang berpusat di Kartasura (sekarang
masuk wilayah Sukoharjo). Saat itu Sri Susuhunan Amangkurat II
menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai upeti karena dianggap berhasil
membantu Mataram menumpas Trunojoyo yang dianggap pemberontak. Padahal
Trunojoyo adalah bagian dari pribumi militant yang ingin mengusir
Belanda dari bumi Indonesia.
Dengan kekuasaan penuh atas kota
Semarang, VOC mulai membangun kota. Diawali dengan benteng Vijfhoek
sebagai lokalisasi komunitas orang Belanda dan pusat militer. Semakin
lama orang Belanda semakin banyak dan tidak bisa ditampung di dalam
benteng. Akhirnya ada juga yang membangun rumah di sisi Timur benteng.
Tidak hanya rumah orang Belanda, gedung pemerintahan dan perkantoran
juga dibangun.
Di masa penjajahan Belanda,
bangunan-bangunan itu terlihat raksasa karena pribumi yang dijadikan
budak oleh penjajah Belanda mayoritasnya hanya bisa memandang iri dengan
mengenakan celana dari kain goni tanpa baju. Kota Lama saat itu
terlihat presitise dengan arogansi penjajah Belanda atas warga pribumi.
Pembangunan Kota Lama yang kala itu
dikenal dengan de Europeesche Buurt disesuaikan dengan konsep tatakota
kota-kota di Eropa khususnya Belanda, baik secara arsitektur bangunan
maupun kawasan. Jika mayoritas kerajaan di tanah Jawa memperhatikan
konsep arah mata angin dalam mengatur kota maka Kota Lama didesain
dengan pola radial dan berpusat di Gereja mBlenduk karena memang orang
Belanda saat itu beragama Kristen. Gereja mblenduk bersisian dengan
gedung pemerintahan. Sebagai moda transportasi unggulan kala itu,
kanal-kanal air dibangun dan menjangkau hampir semua sudut Kota Lama.
Satu hal kemiripan antara konsep
kebudayaan Jawa dan desain arsitektur Belanda yaitu memperhatikan
kesatuan antara gedung pemerintahan, ruang public, dan gereja bagi orang
Belanda.
Begitulah Kota Lama, yang bagi sebagian orang menjadi obyek wisata edukasi nan menarik di abad millennium ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar