Langit bergelora di atas pantai sebelah kali |
Saat turun tangga aku bertemu dengan orang tua yang juga sedang menenteng kamera juga, dia memperkenalkan diri dengan nama Made. Pak Made ini baru sekali ke Rote, kebetulan dia sedang ada penugasan uji kelayakan pembangunan perpanjangan landas pacu. Dimana tempat yang bagus untuk memotret? tanyanya. Aku bingung juga, banyak tempat yang bagus untuk memotret di sini tapi tidak dengan situasi saat ini. Aku ingat sebuah tempat di dekat sini yang punya suasana pantainya cukup nyaman, termasuk juga banyak kegiatan dari masyarakat sekitar baik para orang tua dengan perahu-perahu penangkap ikannya juga anak-anak dengan permainan di pantainya. Seperti lokasi ini cocok dengan hobi pak Made yang suka memotret orang (ada yang mengistilahkan HI: Human Interest). Aku kurang tau sebutan untuk pantai ini, tapi lain waktu saat kutanya Sonny, dia bilang orang di sini menyebutkan pantai sebelah kali.
Sambil berjalan menuju lokasi, pak Made menjepretkan kameranya berulang kali di sekitar pertokoan yang sering menjadi pasar ikan dadakan terutama pagi hari. Aku sendiri tidak memotret karena di tanganku hanya ada satu kamera dengan lensa 11-16mm yang jika memotret orang harus dalam jarak dekat. Setidaknya tidak tepat untuk saat seperti ini.
Setelah jalan ke atas sedikit dari dermaga, aku dan pak Made melewati jembatan yang melintasi kali Nah kali inilah yang membuat pantai di dekat situ dikenal dengan sebutan pantai sebelah kali. Kali ini cukup bersih bahkan seringkali digunakan untuk sopir angkutan ataupun truk mampir untuk mencuci kendaraannya.
Letaknya pantai ini memang di sebelah kali setelah dermaga namun sebelum pantai Mokdale yang pernah aku ceritakan sebelumnya waktu berjalan-jalan menuju Pantai Tiang Bendera. Beberapa perahu bersandar di pantai karena sekarang baru puncak surut. Sangat surut hingga aku bisa berjalan di atas pasir beberapa ratus meter ke depan. Sebenarnya aku berencana mau berjalan sampai ke pantai Tiang Bendera karena dengan kondisi surut seperti ini jarak dari Ba'a ke pantai Tulandale pasti tak lebih dari lima belas menit. Sayang kondisi matahari yang tak tampak membuat aku salah kira kalau matahari sudah di batas hingga aku membatalkan ke sana karena waktu yang aku rasa tidak cukup.
Langit sepertinya terlalu kelam, langit yang dipenuhi warna abu-abu gelap menipiskan harapan akan munculnya matahari di ujung horison. Tapi sepertinya cuaca sedang berpihak, walau tak mampu menyinari seluruh langgit, di akhir-akhir senja matahari ternyata mau menampakkan diri tepat di ujung horison. Namun sayang saat hilangnya matahari ada di balik pantai Tiang Bendera.
Karena surut sangat jauh, beberapa anak-anak bisa bermain sampai ke tengah laut. Beberapa orang anak perempuan menjadi kerang dan ikan yang terjebak di kubangan-kubangan pasir.
Dan lagi-lagi aku harus berkutat dengan masalah error di kameraku (atau lensa?)
Pak Made sendiri lebih asyik memotret aktivitas orang-orang di sekitar pantai. Beberapa anak yang sedang bermain ban motor bekas menjadi obyek pak Made. Pak Made cepat akrab dengan orang-orang di sekitar sementara aku di belakang sekedar mengikuti.
Untungnya hari ini tidak jatuh hujan. Memotret di kala mendung seperti ini memang sangat butuh keberuntungan, walaupun aku tidak beruntung dengan kondisi kameraku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar